https://csama.uern.br/wp-content/sgacor/ https://www.indonesiafocus.net/wp-content/uploads/ https://www.j-mfc.com/uploadimages/ https://saigroupglobal.com/sdana/ https://didr.sabah.gov.my/-/sgacor/
https://suneducationgroup.com/wp-content/system/dana/ https://trabalheconosco.flexform.com.br/assets/line/dana/ https://bvducet.bharatividyapeeth.edu/system/dana/ https://dev.gtu.ge/wp-includes/dana/
https://alatberatbekasjepang.com/ https://user.ao-academy.org/app/ https://gbwhatsapp.mobizil-xiaomi.com/wp-includes/app/
slot gacor server luar slot pulsa slot gacor slot dana terbaru slot gacor terpercaya slot gacor terbaru slot gacor terbaik
Jawara Pantun, Perempuan dari Kampung Sawah - Budaya Betawi
Jawara Pantun, Perempuan dari Kampung Sawah
12.22.2020

Empok Lani, bernama lengkap Anthonia Melania Kurniati, adalah asli etnis Maluku, pindahan dari Salemba Bluntas Jakarta Pusat dan kemudian menetap di Kampung Sawah, Bekasi sejak sekolah dasar. Dekade belakangan ini sosoknya lebih dikenal sebagai juru pantun dalam acara palang pintu di beberapa pernikahan adat Betawi. Kehidupannya kental dengan budaya Betawi, bahkan ia berkeluarga dengan suku Betawi.

Kampung Sawah Bekasi dijuluki sebagai segitiga emas. Sebutan itu, karena ada tiga tempat ibadah yang bila diumpamakan dengan garis membentuk segitiga. Tempat ibadah tersebut, yaitu Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan dan Masjid Agung Al Jauhar Yasfi. Warga Kampung Sawah dianggap memiliki nilai toleransi.

Lani bersama Komunitas Palang Pintu Sedulur Napiun Kampung Sawah bahkan diajak untuk mengisi acara sedekah bumi Gereja Katolik Santo Servatius dan beberapa acara gereja lainnya antara lain pertemuan uskup seluruh region Jawa dan ulang tahun GPIB Eirene di Tanjung Priok dengan mempersembahkan pantun Betawi. Kampung ini menyimpan beragam cerita tentang budaya Betawi yang unik. Kisah Lani yang menjadi keluarga besar Betawi melengkapi nilai toleransi yang hidup di Kampung Sawah Bekasi, selain berupa tempat ibadah yang berdekatan. Hal ini sekaligus contoh nyata warga dalam memahami kebhinnekaan dan berbangsa. Kampung Sawah Bekasi boleh dibilang menjadi tempat berkembang tradisi Betawi yang agak berbeda. Misalnya, peran perempuan, karena palang pintu cenderung identik dengan kaum laki-laki. Meski begitu, peran laki-laki dalam palang pintu tetap ada. Sebab, palang pintu memiliki tiga unsur, yaitu silat, berbalas pantun, dan membaca doa. Laki-laki yang jadi jawara, juru silat. Sementara perempuan yang berbalas pantun.

Selama ini Lani merasa selalu diterima dengan baik. Menurutnya, tak ada pandangan yang mencolok ketika perempuan berperan langsung dalam tradisi palang pintu. “Belajar pantun juga ikut melestarikan budaya Betawi,” katanya. Lani memahami pantun sebagai seni untuk menyampaikan pesan dengan sopan dan santun. Macam-macam jenis pantun antara lain pantun jenaka dan nasihat. Ia pun berpantun.

“Ke Pasar Pagi naek sepeda
Niat amat mpe beli rak
Kita mao ngebantu Pemda
Pake masker ‘ma jaga jarak.”

Sumber: https://www.google.com/amp/s/travel.tempo.co/amp/1359553/ini-yang-beda-dari-tradisi-palang-pintu-kampung-sawah-bekasi