Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Gacor Slot Demo
Seni Topeng Betawi di Bekasi dalam Pengelolaan Sanggar Sinar Seli Asih - Budaya Betawi
Seni Topeng Betawi di Bekasi dalam Pengelolaan Sanggar Sinar Seli Asih
10.02.2023
- | -

Kesenian Betawi ternyata tidak hanya dikembangkan oleh seniman yang mendiami wilayah DKI Jakarta, tetapi juga turut menjadi perhatian komunitas seni di luar Jakarta. Karsa, salah satu seniman tradisi dan pengelola Sanggar Sinar Seli Asih turut andil dalam upaya melestarikan dan mempertahanan kesenian Betawi di daerah Bekasi. Di sanggar itu, ia mengembangkan dan memberikan pelatihan seni topeng Betawi yang ia sebut sebagai “Tari Topeng Betawi di Bekasi”. Pada sebuah kesempatan, Wili Sandra dan Romauli Sianipar dari tim bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Kepada Masyarakar (RIPKM) di bawah koordinator Wakil Rektor III, Dr. Madia Patra Ismar, S.Sn., M.Hum. berkunjung ke Sanggar Sinar Seli Asih di Bekasi dan mewancarai Karsa sebagai pengelolanya.  Secara singkat, Karsa menjelaskan bahwa sanggar itu sudah mulai dirintis oleh orang tuanya sejak  1991. Bahkan, cikal bakal sanggar itu menurutnya sebenarnya sudah mulai dirintis sejak masa kakeknya masih hidup  ketika sang kakek mengembangkan kesenian Topeng Tambun pada sekitar 1900-an.

Pada sesi wawancara itu, Karsa menjelaskan bahwa secara konsep pertunjukan sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok yang membedakan tari topeng Betawi di daerah Jakarta dengan yang ada di Bekasi. Pembedanya hanya terletak pada garapan musik dan tarian pembuka sebagai bentuk kreativitas dari para seniman atau penampil, khususnya di sanggar yang ia kelola. Sebagaimana umumnya dalam kesenian topeng, menurut Karsa ada tiga karakter topeng yang selalu ditampilkan, yaitu  karakter panji yang bersifat lemah lembut, lalu karakter  samba dengan pembawaan ceria, dan  karakter gagah dengan sifat pemberani.

Pada bagian selanjutnya, Karsa menguraikan tentang pelatihan tari topeng di Sanggar Seli Asih yang dikelolanya. Di sanggar itu, ketika tim RIPKM berkunjung, tampak sejumlah siswi atau generasi muda tengah berlatih tari di sana. Menurut Karsa, mereka tertarik mempelajari seni tradisi itu karena di sekolah mereka ada mata pelajaran Seni Budaya dan Muatan Lokal yang mengharuskan mereka bersentuhan dengan seni tradisi. Para generasi muda yang berlatih di sana terlihat antusias mengikuti latihan. Mereka biasanya datang pada sore hari, terutama pada akhir pekan untuk berlatih tari. Pada akhir sesi latihan, biasanya mereka mengumpulkan iuran secara suka rela. Iuran itu menurut Karsa digunakan untuk biaya operasional sanggar. Biaya operasional sanggar kadang-kadang juga dibantu pihak Pemda setempat. Walaupun pelatihan dan dukungan Pemda terus berjalan, menurut Karsa tantangan perkembangan zaman dan perkembangan dunia digital dewasa ini membuat para seniman, termasuk dirinya harus mampu beradaptasi dan meningkatkan kreativitas agar seni tradisi tidak ditinggalkan, terutama oleh generasi muda sebagai mata rantai pewarisan. Rekaman hasil wawancara selengkapnya dapat disimak melalui tautan berikut:

https://drive.google.com/file/d/11cu1l3prbOEVKYxFd1QiPWtkRs3MkGwb/view?usp=sharing