https://csama.uern.br/wp-content/sgacor/ https://www.indonesiafocus.net/wp-content/uploads/ https://www.j-mfc.com/uploadimages/ https://saigroupglobal.com/sdana/ https://didr.sabah.gov.my/-/sgacor/ https://lifestars.com.br/blog/wp-content/uploads/2024/ https://buku.ortax.org/sgacor/ https://www.nevaseasons.ru/public/catalog/
https://suneducationgroup.com/wp-content/system/ https://icab.brown.gob.ar/dana/ https://experiencia360sjl.ucv.edu.pe/webxr/dana/
https://alatberatbekasjepang.com/ https://cms.uki.ac.id/pict/spulsa/ https://bpiw.pu.go.id/uploads/demo/ https://e-learning.universitasbumigora.ac.id/local/slottoto/ https://portaltest.hubla.dephub.go.id/storage/-/ https://simawa.upnvj.ac.id/cache/app/ https://eadmin.gkjw.or.id/app/mxslot168/
slot gacor server luar slot pulsa slot gacor slot dana terbaru slot gacor terpercaya slot gacor terbaru slot gacor terbaik
Ketoprak Betawi - Budaya Betawi
Ketoprak Betawi
Ketoprak Betawi
Penerbit: PT Intisari Mediatama
Tahun Terbit: 2001
Tebal: 174 Halaman

kebudayaan Betawi. Ketoprak Betawi terdiri dari beragam cerita yang sebagian besar dipublikasikan di majalah Intisari sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 2001. Terdapat 23 cerita didalam buku ini dan setiap cerita terdiri dari kisah, pantun, maupun lagu yang dinyanyikan oleh berbagai tokoh kebudayaan Betawi salah satunya Benyamin S.

Pada awal bab cerita yang dipublikasikan adalah cerita mengenai legenda Setan Cantik di Jembatan Ancol, Jakarta Utara yang ditulis oleh tokoh kebudayaan Betawi Drs. Ridwan Saidi. Pada awal cerita, penulis tidak langsung menceritakan mengenai setan terkenal di salah satu kawasan Jakarta yang dipanggil Mariam.

Penulis memulai kisahnya dengan latar belakang asal usul keterpopuleran Bahasa Betawi di Jakarta.

Pada tahun 1957 bahasa Betawi mulai dikenal oleh masyarakat Jakarta melalui tulisan Firman Muntaco di salah satu sudut khas kebudayaan Betawi yang diberikan judul Gambang Djakarte. Setiap minggu terdapat berbagai tema pada Gambang Djakarte salah satunya pada tulisan yang dimuat 26 Mei tahun 1963 yang berjudul Pungut Mantu. Pada tema Pungut Mantu banyak bahasa Betawi yang semakin diketahui oleh pembacanya salah satunya seperti “bini” adalah pengganti kata istri, kawin pengganti kata nikah, dan –nye adalah salah satu imbuhan dari pengucapan kata Betawi.

Setelah menceritakan asal muasal kepopuleran Bahasa Betawi dari Firman Muntaco yang diminati oleh berbagai suku atau ras termasuk pembaca koran Berita Minggu, Ridwan Saidi mengajak pembaca untuk mengetahui budaya pantun yang memiliki dukungan merata oleh masyarakat Betawi baik dari santri, nelayan, petani, pekerja, maupun remaja.

Selain mengangkat pantun dari tokoh Budaya Betawi yaitu Benyamin S, buku ini juga berisi mengenai sejarah kota Jakarta baik dari transportasi, sebutan atau persamaan panggilan kota Jakarta yang dikemukakan oleh masyarakat Betawi, maunpun ikon-ikon bangunan bersejarah di Jakarta. Ke-23 cerita memiliki gaya penulisan khas masing-masing dan dibumbui oleh berbagai seni kebudayaan Betawi tidak hanya melalui lagu, pantun namun beragam kesenian lainnya seperti sejarah, seni tari, dan lain-lain.

(Sukran Ichsan)